Media Sosial dalam Kekuatan Dunia Politik
Pemanfaatan media yang tepat juga akan membantu meningkatkan
branding parpol. Perkembangan media yang cukup pesat seharusnya bisa
dimanfaatkan dengan baik dalam melakukan praktik politik pencitraan. Maraknya
pengunaan internet seharusnya bisa dilirik dalam praktik politik pencitraan
karena sifatnya yang sangat cepat dalam menyebarkan informasi dan biaya yang
dikeluarkan jauh lebih murah dibandingkan media televisi.
Para tokoh politik dan parpol ternyata sudah mulai menyadari
akan pentingnya media sosial untuk mendekatkan diri ke publik. Tokoh politik
yang sukses mendekatkan dirinya ke publik melalui media sosial adalah Obama. Tidak
hanya di media sosial Facebook, dia juga berkomunikasi ke publiknya melalui
Twitter. Pengunaan media sosial ini sangat efektif karena media sosial bisa
mengejar atensi publik secara luas. Tidak hanya anak muda yang menjadi target
publiknya, tetapi masyarakat secara luas juga mengakses media sosial tersebut
dikarenakan kemudahan akses internet dan lahirnya gadget yang memudahkan kita
untuk online.
Kalau dibandingkan dengan media massa, media social juga
sangat berpengaruh dalam politik pencitraan , salah satu media sosial
yang banyak dipakai oleh tokoh politik untuk mendekatkan diri ke publiknya
adalah Twitter. Twitter dipandang sangat efektif dalam mendekatkan tokoh
politik dengan publiknya, khususnya anak muda.
Dari Twitter tersebut, bisa dilihat seberapa banyak publik
yang menaruh perhatian terhadap tokoh tersebut dari seberapa banyak follower
yang dimiliki tokoh tersebut. Semakin banyak jumlah follower-nya, artinya
semakin banyak publik yang menaruh perhatian terhadap tokoh tersebut dan
semakin banyak yang melakukan mention tokoh tersebut, artinya semakin banyak
pula publik yang ingin berkomunikasi dengan tokoh tersebut. Tweet yang ditulis
tokoh politik mampu menunjukkan opininya terkait isu-isu politik sehingga
follower-nya bisa mengetahui bagaimana stand politiknya terhadap suatu isu atau
keadaan. Dari sinilah akan terjadi komunikasi dua arah antara tokoh politik
tersebut dengan para follower-nya. Jadi, tak heran kalau akhirnya SBY juga
mempunyai akun Twitter seperti yang sudah lama dilakukan oleh Obama guna
membangun komunikasi dengan para follower-nya.
Pemanfaatan Twitter sebagai media mendekatkan tokoh politik
dengan publiknya memang cara baik dan paling murah. Masalahnya adalah bagaimana
media sosial ini bisa dikelola dengan baik. Dalam melakukan tweet pesan-pesan
politik, sebaiknya dilakukan dengan kuantitas yang normal karena kalau terlalu
banyak melakukan tweet per hari, akan mengganggu follower-nya, apalagi kualitas
pesan politik tersebut rendah. Jadi, pemanfaatan Twitter sebagai media dalam
praktik politik pencitraan merupakan salah satu solusi cerdas dan murah
sehingga dapat menghemat anggaran parpol.
Market media sosial adalah pemilih pemula yang usianya 17
hingga 30 tahun. Media sosial bukan lagi sekadar sarana bagi netizen mempererat
pertemanan melalui percakapan, namun sudah membahas tentang isu-isu politik.
Tak pelak, pada tahun politik sekarang ini, media sosial dibanjiri dengan
akun-akun para pegiat politik.
Melalui media sosial, warga internet (netizen) bisa dengan
mudah berpartisipasi, berbagi, dan memproduksi konten. Media sosial menggunakan
teknologi berbasis web yang menjadikan suatu bentuk komunikasi menjadi lebih
interaktif. Media sosial terbukti berhasil merebut hati netizen dalam memenuhi
kebutuhannya dalam mendapatkan informasi dan berkomunikasi.
Penggunaan media sosial bukan lagi sekadar sarana untuk
mempererat pertemanan melalui percakapan, namun sudah membahas tentang isu-isu
politik, kebijakan pemerintah, perilaku para public figure yang positif maupun
yang negatif.
Tahun 2014 merupakan tahun politik di Tanah Air. Kini media
sosial telah menjadi bagian dalam lini kehidupan manusia, termasuk dalam ranah
politik. Kehadirannya menjadi alat yang efektif untuk sarana komunikasi,
mempromosikan diri, ataupun termasuk sosialisasi. Belakangan ini, media sosial
dibanjiri dengan akun-akun para penggiat politik.
Sama seperti media konvesional, media sosial mampu mengubah
pandangan dan pendapat masyarakat tentang sesuatu hal.
Dari yang tidak simpati bisa menjadi simpati, dari benci
bisa berubah menjadi sayang, sebab berbagai informasi masuk ke media sosial,
dari informasi buruk dan baik tertuang di dalamnya.
Netizen melalui media sosial dapat berinteraksi atau
berkomunikasi dua arah. Tidak seperti iklan di televisi atau media cetak, tidak
terjadi komunikasi dan interaksi dua arah. “Melalui media sosial, para politisi
bisa mengetahui apa yang diinginkan masyarakat.
Melalui
media sosial, para politisi pun bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di
tengah kehidupan masyarakat. Begitu pula sebaliknya, masyarakat juga bisa tahu
apa yang terjadi pada politisi, termasuk masa lalunya yang kurang baik.
Dari sisi lain, media sosial mampu memunculkan sosok yang
belum dikenal menjadi terkenal. Begitu pula sebaliknya, madia sosial sanggup
menjatuhkan orang baik menjadi tidak baik di mata publik.
Biasanya, setelah heboh di media sosial akan muncul media
massa konvensional, seperti televisi, koran, dan majalah. Media massa akan
melengkapi perbincangan di media sosial menjadi berita lebih dalam.
Setelah menjadi berita di media konvensional, netizen
memberikan umpan balik hingga berita menjadi lebih heboh dan semakin panas.
Itulah realitas sosial yang terjadi media sosial. Sekarang interaksi dunia maya
dan dunia nyata seolah tidak ada sekat lagi.
Wajah media memang ibarat pedang bermata dua. Disatu sisi
media berupaya mendekati obyektifitas pemberitaan, namun disatu sisi yang lain
media juga tak luput dari keberpihakan dan ketidak berimbangan yang dapat di
jadikan celah bagi tim sukses untuk terus memasukkan pesan dan citra politik
sosok kepala daerah. Celah ini bias dimanfaatkan bagi elit politik maupun tim
sukses untuk menjadikan media sebagai sarana pemasaran missal. Tak heran bila
beberapa pendapat mengatakan bahwa komunikasi politik di era informasi telah
menjelma menjadi ajang pemasaran missal yang di dalamnya tanda dan citra
memainkan peran sentral.
Jika kekuatan media digunakan untuk melakukan petcitraan
bisa dengan mudah memanipulasi karena faktor dibayar. yang seharusnya berisi info
info berita namun harus dipenuhi oleh visi dan misi yang tidak masuk akal demi
kepentingan tertentu, kemudian berdampak untuk masyarakat sulitnya lagi menilai
kredibilatas seseorang karena banyak pencitraan. ditahun menjelang pesta
demokrasi iklan dan visi mulai menumpuk serta opini tentang politik pun penuh
halaman halaman media, mulai dari media cetak hingga media elektronik karena
media merupakan salah satu jalan yang ampuh melakukan dan menyebar luaskan
sesuatu apakah itu benar atau salah. kerasnya kepentingan politik merupakan
dampak terburuk untuk melakukan pendidikan politik yang seharusnya politik
untuk mendoorak suatu sistem ketatanan pemerintah agar lebih baik karena ada
penyimpanyan lewat media pendapat dari masyarakat pun mulai bergeming kehal
yang tidak baik.
Komentar
Posting Komentar