Periodesasi Perkembangan Bahasa Anak
Rini Anggriani
2133210019
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa Dan Seni
Universitas Negeri Medan
Abstrak
Kita sering menyaksikan
seorang anak yang baru berumur sekitar 5 atau 4, bahkan 3 tahun sudah pandai
berbicara. Dia mampu menggunakan keterampilan bahasanya secara mengagumkan. Dia
kadang-kadang telah menguasai bahasanya tersebut dengan penuh rasa percaya
diri. Dia juga menguasai kosakata yang banyak. Dia bahkan memiliki sistem
fonologi yang bagus, bahkan mampu menggunakan sistem tata bahasanya yang
kompleks. Kita pun kadang-kadang dibuat bingung hingga terpesona dibuatnya.
Darimana, kapan, oleh siapa, dan sejumlah pertanyaan lain mengapa anak bisa menggunakan
bahasa tersebut dengan penuh kesempurnaan. Ada yang lebih mengherankan lagi,
yaitu anak dapat berbahasa lain secara lancar. Pertanyaan kita yang segera
muncul adalah “bagaimana prosesnya anak memperoleh bahasa”. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak.
Kata Kunci : Perkembangan, Bahasa, Anak
1. Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Dilihat dari
fungsinya, bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Terdapat perbedaan
yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala
bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa
isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantonim atau seni. Sedangkan
bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk
berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan.
Pemerolehan
bahasa adalah suatu proses aktif dan sangat kompleks. Tidak ada seorang pun di
antara kita yang mengetahui secara pasti proses pemerolehan tersebut, hingga
anak mampu berbahasa. Tampaknya anak dapat berbahasa karena ia menyatu dalam
kehidupan di sekitarnya secara alamiah, hingga anak memperoleh bahasa. Penelitian
yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa aank tentunya tidak terlepas dari
pandangan, hipotesis, atau teori psikologi yang dianut. Dalam hal ini sejarah
telah mencatat adanya teori dalam perkembangan bahasa anak.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan ini
adalah untuk mengetahui perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak awal, khususnya bahasa yang digunakan oleh anak. Tulisan
ini diharapkan dapat membantu memberi gambaran mengenai bahasa yang digunakan
anak-anak pada masa dini. Serta meningkatkan perkembangan bahasa anak.
2.
Kajian Teori
Teori Kognitif
Jean Piaget (1954) menyatakan
bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang
berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka
perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih mendasar dan
lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urut-urutan perkembangan kognitif menentukan
urutan perkembangan bahasa.
Piaget menegaskan bahwa stuktur
yang kompleks dari bahasa bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam, dan bukan
pula sesuatu yang dipelajari dari lingkungan. Struktur bahasa itu timbul
sebagai akibat dari interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif
anak dengan lingkungan kenahsaannya (juga lingkungan yang lain). Para ahli kognitif berpendapat bahwa
belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa fator seperti peran aktif anak
terhadap lingkungan, cara anak memproses suatu informasi, dan menyimpulkan
struktur bahasa.
Menurut Piaget (Hergenhahn, 1982), berpikir sebagai
prasyarat berbahasa, terus berkembang secara progresif dan terjadi pada setiap
tahap perkembangan sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran. Perkembangan
anak secara umum dan perkembangan bahasa awal anak berkaitan erat dengan
berbagai kegiatan anak , objek, dan
kejadian yang mereka alami dan menyentuh, mendengar, melihat, merasa, dan
membau.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif mengenai gambaran
perkembangan bicara dan bahasa anak yang dilakukan dengan desain cross-sectional.
Subjek penelitian adalah anak usia 0–5 tahun yang bersedia menjadi responden,
dan tanpa ada kelainan congenital mayor (sindrom Down dan kelainan genetik
lain).
Teknik pengambilan sampel
penelitian dengan purposive sampling. Instrumen yang digunakan
pada penelitian adalah pertanyaaan-pertanyaan yang mendasar. Penelitian
ini dilaksanakan di tiga rumah pada bulan oktober sampai november 2015. Anak
yang menjadi subjek penelitian dicatat identitasnya.
4.
Hasil Penelitian
Kondisi awal peneliti
melakukan penelitian di beberapa rumah ditemukan bahwa perkembangan bahasa anak
masih rendah hal ini dapat kita lihat dalam kegiatan yang dilakukan sehari hari
oleh sang anak seperti kegiatan
berdialog sesuai dengan tokoh yang diperankan, melakukan dialog sesuai dengan
cerita dan bermain peran sesuai dengan peran yang dilakukannya. Dapat kita
lihat bahwa anak hanya berpatok pada apa yang dilihatnya dan anak tidak bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk baginya. Dalam pengambilan sampel
banyak anak yang tidak mau memperlihatkan bahasa yang digunakannya kepada orang
lain. Anak lebih cenderung menutup dan bersikap malu. Dalam
beradaptasi anak memperlakukan informasi yang baru didapat dengan mempertimbangkan
apa yang telah mereka ketahui.
video pertama :
Nama : Mei
Umur : 4 Bulan
Tahapan : Pralinguistik pertama
Disebut pralinguistik pertama karena anak belum dapat
mengucapkan ‘bahasa ucapan’ seperti yang diucapkan orang dewasa, dalam arti
belum mengikuti aturan-aturan bahasa yang berlaku. Pada periode ini anak
mempunyai bahasa sendiri, misalnya mengoceh sebagai ganti komunikasi dengan
orang lain. Contohnya baba,mama, tata, ayng mungkin merupakan reaksi terhadap
situasi tertentu atau orang tertentu sebagai awal suatu simbolisasi karena
kematangan proses mental.
Pada periode ini, perkembangan
yang menyolok adalah perkembangan comprehension, artinya penggunaan bahasa
secara pasif. Misalnya anak mulai bereaksi terhadap pembicaraan orang dengan
melihat kepada pembicara dan memberikan reaksi yang berbeda terhadap suara yang
ramah, yang lembut, dan yang kasar.
Pada
tahap ini mei baru bisa meraban dan hanya dapat membedakan suara laki-laki dan
suara perempuan seperti yang telah dilakukan Mei. Reaksi ini dapat terjadi ketika
bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contoh:
menghisap jempol. Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan
1). Gerakan motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk
melihat jempol.
Dalam
umur 4 bulan Mei juga sudah bisa berkomunikasi
walau hanya dengan cara menoleh, tersenyum dan menggerak gerakan anggota
badan. Pada tahap ini juga biasanya peran orang tua sangat tergantung dalam
memperkenalkan atau memperlihatkan sesuatu kepada anak seperti memanggil
namanya berulang-ulang. Contoh : Mei.. Mei..
Video Kedua
Nama : Josua
Umur : 2 Tahun
Tahapan : Linguistik Kedua
Pada periode ini anak mulai
mengucapkan perkataannya yang pertama, meskipun belum lengkap. Misalnya: atia (sakit),
agi (lagi), itut (ikut), atoh (jatuh). Pada masa ini beberapa kombinasi huruf
masih sukar diucapkan, juga beberapa huruf masih sukar untuk diucapkan seperti
r, s, k, j, dan t. Pertambahan
kemahiran berbahasa pada periode ini sangat cepat dan dapat dibagi dalam tiga
periode yakni periode kalimat satu kata, kalimat dua kata, dan kalimat lebih
dari dua kata. Pada periode satu kata, Menurut aturan
tata bahasa, kalimat satu kata bukanlah suatu kalimat, karena hanya terdiri
dari satu kata, tetapi para ahli peneliti perkembangan bahasa anak beranggapan
bahwa kata-kata pertama yang diucapkan oleh anak itu mempunyai arti lebih dari
hanya sekedar suatu ‘kata’ karena kata itu merupakan ekspresi dari ide-ide yang
kompleks, yang pada orang dewasa akan dinyatakan dalam kalimat yang lengkap.
Contohnya: ucapan “ibu” dapat berarti:
Ibu kesini! Ibu kemana? Ibu tolong saya!
Itu baju ibu, Ibu saya lapar, dst.
Pada umunya, kata pertama ini
dipergunakan untuk member komentar terhadap obyek atau kejadian di dalam
lingkungannya. Dapa berupa perintah, pemberitahuan, penolakan, pertanyaan, dll.
Bagaimana menginterpretasikan kata pertama ini tergantung pada konteks waktu kata tersebut di ucapkan, sehingga untuk dapat
mengerti apa maksud si anak dengan kata tersebut kita harus melihat atau mengobservasi apa yang sedang dikerjakan
anak pada waktu itu. Intonasi juga sangat membantu untuk mempermudah
menginterpretasikan apakah si anak bertana, member tahu, atau memerintah. Pada periode kalimat dua kata bisa dikatakan bahwa perbendaharaan
kata yang diperolah dari lingkungan juga
dapat bertambah dan juga karena perkembangan kognitif serta
fungsi-fungsi lain pada anak, maka terbentuklah pada periode ini kalimat yang
terdiri dari dua kata.
Pada
periode kalimat lebih dari dua kata belum terlihat perkembangan yang
nyata, maka pada periode kalimat lebih dari dua kata sudah terlihat kemampuan
anak di bidang morfologi. Keterampilan membentuk kalimat bertambah, terlihat dari
panjangnya kalimat, kalimat tiga kata, kalimat empat kata, dan
seterusnya. Pada periode ini penggunaan bahasa
tidak bersifat egosentris lagi, melainkan anak sudah mempergunakan untuk
komunikasi dengan orang lain, sehingga mulailah terjadi suatu hubungan yang
sesungguhnya antara anak dengan orang dewasa.
Pada umunya, kalimat kedua muncul
pertama kali tatkala seorang anak mulai mengerti suatu tema dan mencoba untuk
mengekspresikannya. Hal ini terjadi pada sekitar usia 18 bulan, dimana anak
menentukan bahwa kombinasi dua kata tersebut mempunyai hubungan tertentu yang mempunyai makna berbeda-beda, misalnya makna kepunyaan (baju
ibu), makna sifat (hidung pesek), dan lain sebagainya.
Pada
video yang telah dilihat tahap ini menjadikan anak itu dapat memahami kata sebelum dia mengucapkan satu
kata. Ucapan-ucapan yang mula-mula muncul terlihat tidak jelas kemudian sang
anak berhenti sejenak lalu melanjutkan kata yang dia dengar. Contohnya atua
yang berarti aqua.
Video Ketiga
Nama :
Boy
Umur :
5 Tahun
Tahapan :
Linguistik 4 tata bahasa pradewasa.
Yang
menyolok pada periode ini adalah keterampilan anak dalam mengadakan
diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan kalimat-kalima. Pada akhir periode secara garis besar anak telah
menguasai bahasa ibunya, artinya hukum-hukum tatabahasa yang pokok dari orang
dewasa telah dikuasai. Perbendaharaan
kata sedikit demi sedikit mulai berkembang. Kata benda dan kata kerja mulai lebih
terdiferensiasi dalam pemakaiannya, hal ini ditandai dengan penggunaan kata
depan, kata ganti dan kata kerja
bantu. Dalam periode ini ada anak dianggap telah menguasai
struktur sintaksis dalam bahasa pertamanya, sehingga ia dapat membuat kalimat
lengkap. Jadi sudah tidak terlalu banyak masalah. Menurut Piaget, pada periode
ini perkembangan anak di bidang kognitif masih berkembang terus sampai usia 14 tahun, sedangkan
peranan kognitif sangat
besar dalam penggunaan bahasa. Dengan masih terus berkembangnya kognitif, dengan
sendirinya perkembangan bahasa juga masih berkembang. Pada video anak ini mulai menerapkan struktur tata bahasa dan
kalimat-kalimat yang agak lebih rumit. Contoh : kata yang diucapkan pada
mulanya Allah menciptakan langit dan bumi dan jajan apa yang dibeli. Anak
cenderung lebih mengikuti bahasa orang dewasa dan menghapalnya. Lalu
dikeluarkan kembali dengan bahasa yang agak berbeda penafsiran. Anak ini lebih
melafalkan bahasa yang digunakan sehari hari misalnya minta uang jajan.
5. Kesimpulan
Setiap manusia mengawali
komunikasi dengan dunia
sekitarnya melalui bahasa tangis.
Sejalan dengan perkembangan kemampuan
serta kematangan jasmani terutama
yang bertalian dengan proses bicara,
komunikasi tersebut makin meningkat
dan meluas. Dilihat dari
fungsinya, bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada
pemerolehan bahasa pertama bisa diartikan bagaimana anak memperoleh bahasa itu
tanpa kesengajan dan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Kemampuan berbahasa sangat erat
hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan fisiologi manusia seperti bagian
otak tertentu yang mendasari sebuah bahasa.
6.
Daftar Pustaka
Hurlock, B. E. Perkembangan Anak. 1978. Jakarta:
Erlangga.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan. 2000.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar
Dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kecana.
Komentar
Posting Komentar